Narasi, Mei, 2024

Pembicara Hebat itu Ternyata Sahabatku

Yudha Adi Putra, Juara Lomba Pancasila di Rumahku "FriendzOne" kategori tulisan.,

Mrican Sebelah Utara, Januari 2021
Yudha sangat terkejut, ketika melihat orang yang berbicara di auditorium
sekolah itu adalah sahabat dekatnya sejak dia TK. Seseorang yang menjadi kawan
di saat suka maupun duka ketika berjuang untuk sekolah dulu. Aditya Putra
Yudhananta, orang yang menjadi sahabat Yudha. Waktu itu Aditya ditemui
Yudha ketika presentasi tentang strategi berwirausaha setelah lulus SMK. Aditya
membuka warung toko kelontong di depan rumahnya serta berbagai usaha
serabutan yang dikerjakan, seperti membuka tambal ban hingga menerima servis
pompa air. Yudha memperoleh informasi terkait Aditya ketika mengunjungi SMK
mereka, STM Pembangunan Yogyakarta. Mendengar cerita dari beberapa teman,
Yudha akhirnya memastikan bahwa orang yang ditemuinya itu benar adalah
Aditya, sahabatnya.
Aditya berdiri di auditorium sekolah, memberikan motivasi bagi siswa
kelas 12 yang akan segera lulus dan mencari tempat magang maupun tempat
kerja. Begitulah gambaran perjalanan belajar anak SMK, setelah lulus bisa
memilih untuk bekerja maupun melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Pergumulan setelah lulus SMK inilah yang menjadi pemisah dari persahabatan
antara Yudha dan Aditya. Yudha memutuskan untuk belajar di Fakultas Teologi
dan Aditya memilih untuk membuka usaha serta mengembangkan kemampuan
wirausahanya. Aditya memiliki keinginan keras untuk menjadi seorang pembisnis
yang hebat. Ambisi seperti itu juga yang memisahkan persahabatan antara Yudha
dan Aditya. Hal ini karena di SMK yang mayoritas jurusannya adalah teknik
tetapi memiliki impian menjadi wirausaha atau pembisnis adalah hal yang
bertolak-belakang.

Lima tahun yang lalu, masih di Mrican, 2015

Yudha, seorang siswa jurusan TKR (Teknik Kendaraan Ringan) di SMK,
memiliki sahabat dekat dengan teman sejurusannya, Aditya. Yudha yang setiap
hari harus berangkat sekolah dengan naik sepeda kayuh, bahkan dengan
membawa makanan ringan untuk dijual di sekolah. Hal yang demikian membuat
Yudha hanya memiliki sedikit teman, berteman dengan Yudha menjadi hal yang
merepotkan karena keterbatasan yang Yudha miliki. Namun pemikiran yang
seperti itu tidak terjadi pada Aditya, dalam berteman dengan Yudha selalu
berusaha membantu dan memberikan semangat agar tetap menjalani kehidupan
SMK dengan baik. Dukungan dari Aditya, seorang teman yang memberikan
dukungan moril tersendiri bagi Yudha membuat Yudha berani bermimpi tinggi.
Yudha ingin ketika lulus kelak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi dan menjadi pendeta. Hal menarik lain dari persahabatan Yudha
dan Aditya adalah perbedaan mereka, Yudha sebagai seorang Nasrani dan anak
petani yang hidup di desa sedangkan latar belakang Aditya adalah seorang anak
guru yang hidup di lingkungan pinggir kota serta beragama Islam yang taat.
Hubungan persahabatan mereka erat dengan berbagai macam dinamika
anak SMK yang cenderung penuh dengan kenakalan remaja. Ketika sudah
menjelang kelulusan, terjadi kerenggangan komunikasi di antara mereka.
“Aku ingin kuliah, aku harus kuliah. Minggu depan ada tes masuk perguruan
tinggi. Aku harus lulus, doakan ya Bro.” kata Yudha lima tahun yang sudah
berlalu. Aditya ingat betul ambisi Yudha untuk kuliah dan menjadi pendeta.
“ Yudh, apa kamu tidak kasihan dengan orang tuamu, mereka ingin kamu segera
bekerja. Setelah itu membantu biaya berobat nenekmu. Belum lagi adikmu, Bara
sebentar lagi juga harus sekolah. Semua itu butuh biaya Yudh. Kuliah itukan
mahal apalagi jurusan yang kamu pilih juga jurusan yang memiliki minat tinggi.
Proses menjadi pendeta juga sulit to Yudh, harus ini itu.” Aditya mencoba
menanggapi apa yang Yudha sampaikan.
“ Dit, mungkin akan lebih baik jika kita tidak terlalu sering bertemu. Bagaimana
aku kuliah dan kondisi keluargaku itu juga masih urusanku. Kamu peduli apa
terkait hal itu ?” jawab Yudha ketus.

“ Bukan begitu Yudh, aku setelah lulus ingin membuka usaha. Kitakan sudah
saling mengenal, bagaimana kalau kita bekerja sama. Nanti kalau sudah sukses,
biayanya bisa sama-sama untuk kuliah, tetapi tidak tahun ini kuliahnya. Mungkin
beberapa tahun ke depan.” pinta Aditya mencoba menjelaskan maksudnya pada
Yudha. Namun, Yudha memilih meninggalkan tempat dimana dia berbicara
dengan Aditya.
Inilah awal dari Yudha mulai menghilang dan menjauh dari Aditya,
bahkan setiap pertemuan kelas maupun sapaan di media sosial setelah lulus juga
Yudha hindari dari Aditya. Entah karena luka batin seperti apa.

Audiorium Bima, SMK N 2 Depok Sleman, Januari 2021
Yudha yang biasanya tidak memakai kemeja, kesempatan siang ini dia
menggunakan kemeja hitam rapi. Begitulah caranya menghormati acara yang
benar-benar berarti bagi dirinya, termasuk acara “Talk Show dengan Aditya” yang
dia datangi karena pembicaranya adalah Aditya. Yudha sengaja memilih duduk di
belakang menggunakan masker supaya tidak dikenali oleh siapapun. Acara yang
berlangsung itu adalah cerita dan motivasi sukses yang dilakukan oleh Aditya
bagi siswa SMK yang sudah mau lulus dan melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi. Aditya menjadi pembicara yang hebat dalam menanggapi pertanyaan dan
kegelisahan siswa dalam menghadapi quarter life crisis-nya dengan kritis dalam
merespon.
“ Mas Aditya, apakah njenengan punya seorang teman dalam dinamika kehidupan
SMK hingga bisa sukses seperti sekarang ?” tanya seorang siswi perempuan
jurusan kimia.
“ Oh.. tentu ada, teman saya bernama Yudha. Yudha Adi Putra, sekarang sedang
menempuh pendidikan teologi, beliau mau jadi pendeta. Nah, untuk kalian yang
ingin kuliah tetapi dalam keterbatasan ekonomi maupun keadaan, belajarlah dari
semangat Yudha, Dia ada di belakang Auditorium ini.” Kata Aditya sambil
melangkah menuju arah dimana Yudha duduk. Yudha tertegun, pembicara hebat
ini ternyata adalah sahabatnya dahulu.

Bagikan